"Waktu sedih inget, waktu seneng lupa deh."
Sering ga sih denger kata - kata ini? Biasanya didenger dari temen - temen sendiri yang bahkan dipercaya buat jadi tempat curahan hati di kala sedih. Saya bisa dibilang hampir sering denger kata - kata ini dulu. Tapi sekarang udah ga pernah, karena saya stop cerita ke mereka haha
For me, sebenernya bukan dilupain waktu seneng. Cuma, ada banyak pertimbangan yang saya fikirkan sebelum cerita happy stories ke mereka. Kesannya sombong ga ya? Kesannya pamer ga ya? Dia lagi happy ga ya? Jangan-jangan dia tersinggung kalo gw cerita happy?
Bukan dilupain, cuma mungkin kalian pernah buat reaksi yang buat mood happy saya drop. Bukannya spread positive vibes, malah mood drop. Emang reaksi yang kaya gimana sih yang buat mood drop sampe ga mau berbagi cerita bahagia?
Sejujurnya, sharing cerita bahagia menurut aku lebih sulit dibanding sharing cerita sedih dalam konteks orang ke orang. Tapi sharing cerita bahagia lebih mudah dilakukan secara massal, contohnya via podcast, blog, feed instagram, dll. Cerita bahagia ini ga semata-mata saya dapat sesuatu atau mencapai sesuatu kemudian happy. Cerita happy tuh bisa kaya cerita-cerita yang saya temuin kemudian saya ngerasa terinspirasi dan mau ngasih tau orang-orang dan berharap mereka merasakan hal yang sama dengan yang saya rasain. Pandangan-pandangan yang menurut saya keren dan berharap mereka bisa melihat dari kacamata saya. Nah, 5 reaksi ini yang bikin mood drop dan bikin saya kapok buat cerita bahagia.
1. Ga mau kalah bahagia
Sama halnya kaya cerita sedih, ga mau kalah sedih itu hal yang kadang ngebantu kadang annoying. Di saat kita lagi emosional, dengerin cerita orang lain yang melebihi kita terasa ga enak didenger. Apalagi kalo kita belom selesai cerita terus dipotong. Terus kita yang mau cerita, malah kita yang jadi pendengar. Mungkin si lawan bicara ga sadar akan hal itu. Tapi, waktu kita lagi cerita happy, kita cuma mau didenger dan mereka pun ngerasa hal yang sama dari cerita kita. Bukan malah bikin kita feel worse because they're better.
2. Oh
Okey dia jadi pendengar yang baik dan ngasih feedback singkat kaya oh dan ekspresi yang datar. Sama halnya kaya cerita sedih, kalo feedbacknya cuma oh dengan ekspresi datar kesannya ga didengerin. Cuma dibiarin cuap-cuap dan dikasih feedback yang ga ngasih indikasi kalo mereka dengerin. Cerita happy lebih sakit lagi, karena kita udah berapi-api cerita dan ternyata ekspresi balasannya datar.
3. Emang gitu/Baru tau?
Ini adalah reaksi yang sering banget saya dapetin waktu saya mau cerita hal yang menginspirasi atau ada cerita orang lain yang mau saya ceritain karena cerita itu menurut saya worth to forward. Tapi dengan kata-kata balesan "emang gitu" atau "baru tau?" itu bener-bener buat mood drop. Sebenernya hampir sama kaya poin 1, cuma lebih ga panjang lebar aja kompetitifnya. Sama halnya kaya cerita sedih. Kalo saya bilang "duh sedih ya ditinggal orangtua" terus kalo jawabannya "emang gitu" atau "baru tau", apakah enak didengar? Atau apakah itu pantas diucapkan? Kalau cerita sedih sudah pasti ga pantas, tapi kalo cerita bahagia? Siapa yang peduli? At least kalau dia tau sejak lama kenapa ga ngasih tau saya? Atau ikutan aja happy karena akhirnya saya tau keseruannya yang dia tau lebih dulu. Tapi kebanyakan malah bilang "ah telat baru nyadar", "kan emang gitu". Diulang ulang. Seakan-akan omongan kita percuma. Kan pertimbangannya kenapa saya cerita sama mereka karena saya tau mereka sudah tau, jadi ga perlu denger kata2 "oh" atau ga ngerti permasalahannya. Eh malah jadi orang yang kurang pergaulan.
4. Apaan sih? Lebay deh
Ekspresi orang itu berbeda-beda. Saya kalo ada sesuatu yang bahagia itu pasti disalurkan sebaik mungkin. Tapi reaksi dengan kata-kata seperti itu, langsung buat saya stop. Setelah ga mau cerita dibilangnya "baper deh" atau "gitu aja diambil hati". Selain pertimbangan mereka sedang happy juga atau ga, terus kata-kata yang saya pakai dirangkai sedemikian rupa sampai ga terkesan pamer atau sombong, dan akhirnya memutuskan untuk menceritakan hal yang bahagia ke orang ini, kemudian reaksimya adalah "apaan sih? Lebay deh". It hurts actually haha Tapi balik lagi, yang rugi adalah dia karena ga dapet positive vibe dari saya.
5. Salah fokus
Ini sering banget juga kejadian. Saya lagi mau bicarain hal A. Lagi happy dengan hal A. Terus reaksinya adalah "eh bibir lo kok pecah2 ya?" atau "kok bisa ketemu si A? Ada hubungan apa?" atau "lo jalan ke tempat itu? Malem2? Yakin?" pokoknya hal yang ga nyambung sama inti cerita ke-happy-an yang mau saya sampein. Sebel banget.
Nah, jadi buat kalian yang kalau misalkan ada temen kalian atau saudara kalian, pasangan, anak, orang tua, siapapun yang lagi cerita bahagia, harus diinget. Itu lebih susah dibanding cerita sedih. Cerita sedih pertimbangannya cuma 1 "takut ngebebanin, karena tiap orang pasti punya masalah". Tapi kalo cerita bahagia pertimbangannya banyak "kesannya pamer ga ya?" "kedengeran sombong ga ya?" "dia bisa relate ga ya?" "dia lagi ada masalah ga ya? Takut tersinggung" "takut ketawa di atas penderitaan orang" dan masih banyak lagi.
Jadi, bukannya dilupain, cuma saya ga mau kebahagiaan ini dirusak oleh reaksi kalian dan punya banyak pertimbangan karena ga semua orang bisa ikut bahagia.
But if you have the same struggle as I do, saya sangat amat seneng denger cerita bahagia kalian.
Kalau kalian bingung gimana cara reaksi yang ga buat mood drop, lepaskan sejenak masalah-masalah kalian. Ikuti rima dari cerita bahagia itu, be a part of it. Jadi seperti dia. Jadi seperti dia yang sedang bahagia. Be in their shoes and be happy too.
Hope it helps. Spread the positivity. Saya ngerasa ini penting karena sangat susah cari orang yang bisa ikut happy saat saya cerita happy. Satu-satunya orang yang bisa relate setiap saya cerita happy itu Ibu, namun dia sudah sangat happy di surga haha Jadi selama Ibu ga ada tempat saya cerita happy ya diary dan kadang-kadang ga kenal kapok buat cerita ke kakak kakak dan ke pasangan. Walaupun mereka kadang masih memberikan beberapa reaksi di atas, tapi ya itu dia ga kenal kapok. Hope someday I'll find the right person to share with, kaya Ibu.
