Speak Up!
- nisalogana
- May 15, 2018
- 6 min read

Bulan Mei ini bulan paling gaduh. Karena beberapa hari yang lalu ada ledakan bom beruntun. Dimulai dari Mako Brimob, 3 gereja di Surabaya, dan Mapolrestabes Surabaya.
Turut berduka cita sedalam - dalamnya bagi semua yang menjadi korban ulah tak berakal itu. Sedih rasanya waktu saya mendengar berita ini, terlebih pada saat mendengar peledakan gereja dimana itu hari Minggu tepat sekali para umat Nasrani beribadah. Dimana sih pemikirannya orang2 itu? Gimana kalo kalian sedang beribadah terus harus mati tragis seperti itu. Oh iya, teroris tidak punya agama ya.
Tapi hal ini juga jadi perbincangan beberapa waktu lalu. "Jangan bilang teroris tidak punya agama dong. Temen saya banyak yang ateis, agnostik, dan sebutan lainnya yang menunjukkan bahwa mereka tidak punya agama. Tapi mereka orang - orang yang baik, ga pernah mencelakakan orang lain". Dibilang seperti itu saya langsung terdiam. Itu betul. Saya juga punya beberapa teman tidak punya agama dan tidak percaya Tuhan, tapi mereka orang - orang yang baik dan humanis. Hidup mereka di dunia, beberapa dari mereka tidak percaya afterlife. Jadi mereka kebanyakan berbuat baik di dunia ke sesama. Ya walaupun mungkin itu karena saya kenal dengan orang - orang baik, mungkin ada juga dari mereka yang jahat. Saya yang selama ini sangat meminimalisir mengkotak - kotakkan suatu golongan merasa salah telah berkata seperti itu. Jadi kata - kata yang tepat untuk teroris dan terorisme adalah whether they have or have not religions, they are sadists. Mereka adalah orang jahat, terserah beragama atau tidak.
Banyak opini berseliweran di media sosial. Banyak juga broadcast message yang isinya pemberitaan peledakan dan pesan - pesan waspada untuk ke area - area tertentu. Entah yang mana yang benar, berdoa itu pasti tapi waspada juga perlu. Tadinya saya ga mau sama sekali berkomentar atau menulis lagi di blog ini. Biar saja lah saya tulis panjang2 di jurnal pribadi saya untuk anak cucu saya kelak. Biar merek yang tau isi hati dan pemikiran saya pada saat ini. Tapi, ada teman saya yang berfikiran berbeda masalah ini. "Hati - hati, bisa jadi ini ulah pemerintah untuk pengalihan isu dan menjelek-jelekan nama Islam". Wow, out of the box sekali orang ini, saya fikir. Memang ini menjadi suatu probabilitas, tapi jahat sekali ya pemerintah ini jika benar. Korbannya bukan cuma 1 atau 2 orang loh. Apa hanya karena tidak mau nama Islam jelek? Loh, yang bilang Islam ngajarin terorisme siapa?
Mungkin hal ini jadi stereotype di mata orang - orang awam. Kenapa orang awam? Karena orang berpendidikan akan tau bahwa tidak ada agama yang mengajarkan kebencian dan kejahatan. Teman saya bilang, "bisa aja tadinya dia orang (agama lain dan salah satu etnis) tapi pake cadar atau ga jenggotan biar dikira orang Islam terus bom bunuh diri". Kalo emang bener kaya gini, yaa salut aja sih sebegitu bencinya sama Islam sampe - sampe rela dandan menyerupai mayoritas umat Islam terus bunuh diri lagi. Tapi saya ada pemikiran lain, tapi pada saat teman saya bicara seperti itu saya tidak berani berpendapat. Kenapa? Karena saya lelah.
Saya lelah berdebat dengan orang yang mempunya pendapat berbeda atau cara pandang yang berbeda. Dulu saya pendebat aktif, hasilnya saya dijauhi teman. Sampai pada akhirnya saya memilih untuk diam. Tapi hal ini mempengaruhi kinerja saya. Pekerjaan saya membutuhkan sosialisasi dan peneguran. Karena saya sekarang lebih banyak memilih diam, jadinya untuk orang yang melanggar di kawasan kerja saya akhirnya saya diamkan. Karena saya berfikirnya, ya orang itu udah beda pemikiran sama kita. Ngapain dikasih tau, orang sebenernya udah tau tapi dianya aja ga mau nurut. Cuma buang2 tenaga. Tapi akhirnya saya kepikiran dan ini ga bisa dibiarin. Saya harus jadi aktif lagi. Harus speak up lagi. This is what I do for living. Selama yang saya sampaikan itu benar, maka ga ada salahnya untuk menyampaikannya dengan halus dan sopan. Karena kalau mereka tidak diberikan pandangan lain, mereka akan merajalela. Jadi apakah mereka mutlak salah?
Bukan salah atau benarnya. Tapi mereka harus terbiasa menghadapi perbedaan pendapat. Ga bisa selamanya yang berbeda pendapatnya itu harus dibully habis - habisan. Negara kita akan mudah rapuh. Mudah hancur. Mudah diadu domba.
Kita yang merasa normal juga jangan tinggal diam. Tapi jika kita merasa normal, kesantunan dalam beropini itu juga penting. Itu yang akan membedakan. Jadi apa opini saya dalam menunjuk siapa yang menjadi teroris itu? Tidak bisa disalahkan jika banyak orang atau polisi yang akan mencurigai umat Islam atau orang - orang yang pakaiannya mencirikan bahwa mereka umat Islam. Karena teroris tertinggi di bumi ini pun mengatasnamakan agama Islam. What can I say? Ciri itu yang mereka tunjukkan. Mereka mengatasnamakan Islam. Terus? Apa kita harus marah2 ke Polisi yang menggeledah semua yang berjenggot dan berpakaian Islam? Mereka ditugaskan untuk siaga supaya ga terjadi kecolongan lagi. Buat kalian yang berkata "Pak itu santri, bukan teroris. Masa ga bisa bedain?" Kalo kamu bisa bedain, mungkin kamu yang harusnya bekerja membantu Polisi. Karena kita ga pernah tau teroris itu akan memakai baju apa. Dan itu kan sepenggal video, bisa aja sebelumnya cowok pake baju v neck dan celana skinny digeledah juga. Cuman ga divideokan. Kenapa? Pasti jadi biasa aja, ga mengundang banyak "like & share". Kalo ada yang bilang penyakit ain itu penyakit dari segala penyakit, "like & share" itu berarti salah satu penyakit ain.
Saya ga peduli yang ngebom itu beragama apa. Biaa jadi dia Islam, tapi dia mempelajari dan salah paham akan agama Islam. Jangan lihat agamanya, lihat perbuatannya. Tidak bisa Pak. Tidak bisa Bu. Perbuatan itu dilakukan sembari menggunakan pakaian yang mencirikan bahwa mereka Islam kok. Mereka itulah yang seharusnya dikatakan penista agama. Karena berbuat hal yang melenceng dari agama tetapi mengenakan atribut dari agama tersebut. Tapi mengenakan atribut itu wajib. Kalo sudah mengetahui kewajiban, mengapa mereka tidak bisa mengetahui klo berbuat baik terhadap sesama itu juga kewajiban? Itu bukanlah hal lain. Itu satu kesatuan. Tapi kembali lagi itu opini saya. Karena ngomongin atribut, saya jadi inget kata2 temen saya masalah hijab. Hijab itu dipake dulu aja walaupun perilakunya masih bejat. Loh, kok perilaku bejat dibolehin toh mbak? Ya mau pake hijab mau ga, mau dia agamanya apapun perilaku bejat itu ga boleh dilakuin. Apalagi sudah berani menunjukkan kalau dia Islam ke khalayak umum. Hijab itu ciri. Harus terima konsekuensi bahwa apa yang dia lakukan mau gimana juga akan membuat orang mengaitkan agamanya dengan perilakunya. Sama halnya dengan pisang merk sunpride kalo rasanya ga enak ya pasti bilangnya "pisang sunpride ga enak nih". Ga ada kan yang bilang "jangan liat brandnya, liat dari rasanya aja". Ya tapi nanti pasti ada yang komen, masa orang disamain ama pisang. Haha Ya ga bisa disalahkan sih kalo pas pelajaran bahasa Indonesia pada tidur di kelas terus ga ngerti sama apa yang saya omongin.
Intinya, apa yang terjadi beberapa hari belakangan ini adalah cikal bakal perpecahan. Jika kita ikut arus dengan debat sana debat sini, bully sana bully sini, saling menyalahkan sana sini ya kita beneran pecah. Apa sih yang terjadi jika Indonesia pecah? Ya kita dijajah lagi. Tidak merdeka lagi. Kita perang lagi. Kalo saya sih amit - amit jangan sampe perang perang lagi. Korea utara sama Korea selatan aja baikan kok, kita malah bikin masalah. Siapapun oknum yang menyebar teror dan meledakkan bom itu adalah orang jahat dan tidak punya prikemanusiaan. Tidak peduli latar belakang dan agamanya. Jika mereka menganut agama, dipastikan agama yang dianutnya itu radikal dan salah. Polisi dan aparat pengaman lainnya hanya mengerjakan tugas mereka untuk mengamankan warga Indonesia supaya tidak terjadi lagi hal - hal yang tidak diinginkan. Supaya ga ada lagi yang ngoceh di sosial media "gimana sih nih polisi kerjaannya pada ngapain aja? Masa ada bom di polresnya sendiri ga tau". Janganlah di discourage pas mencoba mengamankan dengan tegas malah dibilang ga bisa bedain teroris mana bukan. Ya kalo di jidat orang masing2 di tulis mana teroris mana bukan ya jadi mudah, tapi ini kan ga. Yang harus disalahkan adalah oknum2 teroris yang mengatasnamakan agama. Mereka yang harusnya disalahkan, dan kita hanya bisa maklum dan mengikuti prosedur yang sudah dibuat demi menjaga kemanan negara ini.
Speak up. Mudah ya kalau ditulis, tapi mulai dari sekarang saya harus mulai belajar lagi untuk mengemukakan pendapat secara langsung. Meski nantinya menyinggung, saya juga harus belajar untuk menghadapinya dan meminta maaf. Bukannya bersitegang dan dijauhi banyak orang.
Mohon maaf jika tulisan ini terlalu panjang dan menyinggung beberapa hati pembaca. Tapi negara kita demokrasi, dan yang saya lontarkan bukanlah kebencian melainkan opini yang sudah difikirkan benar - benar sebelum dituliskan. Jika memang masih terjadi kesalahan, mohon dengan sangat bicarakan kepada saya pribadi dan nanti kita bisa berdiskusi untuk lebih baiknya seperti apa. Insya Allah saya bisa menerima kritikan yang membangun dan masuk akal. Cheers 😊
Commentaires