Make "the right people" famous
- Nisa Logana Miranti
- Aug 18, 2016
- 7 min read
Kalo boleh jujur, tema ini yang membuat saya gregetan buat bikin blog. Walaupun udah berkali kali nulis di diary, but I think it will be worthier for people who think like me but act like me either. Memendam opini. Karena semua opini akan berbalutkan dengan trend yang ada, judgement, dan yang lebih parah adalah agama. Semua opini orang akan menjadi salah jika opininya berbalutkan agama. Padahal sih sebenernya hampir ga ada hubungannya, tapi semakin dihubung - hubungkan orang yang mempunyai opini berbeda akan dicap... SALAH.
Sebagai contoh yang sangat amat populer tahun ini. Hijab. Haduh. Sebenernya saya udah berjanji ga mau bawa SARA di sini. Tapi saya gregetan pengen ngebahas dikiiit aja. Bukan masalah hijabnya sih, tapi masalah perbedaan pendapat tentang hijab. Jujur, butuh waktu lama untuk saya mengatakan opini saya di post ini mengenai topik ini dan tidak membawa reader ke arah judgmental. Padahal kalo dulu, kita bisa beropini masalah hijab dengan bebas dan ga ada orang yang tiba - tiba menuding - nuding hidung kita dan berkata opini kita "liberal". Dulu sebelum wave hijab ini nge-trend, yang saya tau hijab itu adalah pembatas di mesjid yang membatasi cewek sama cowok. Itu yang namanya hijab, dan untuk para perempuan memakai jilbab untuk menutup auratnya. Tapi sekarang jadi beda banget pengertiannya dan semakin kesini masalah ini semakin sensitif. Istilah gampangnya kalo kalian posting masalah begini di facebook, yang comment bisa ratus ribuan lah dimulai yang kenal, temennya dari temennya, keponakan dan bapaknya, menantu tetangganya... hahaha Rame pokoknya.
Let's say aku masih meyakini kalo memakai hijab (dengan pengertian sekarang ya, bukan pengertian pembatas cewek ama cowok di mesjid hehe) itu adalah budaya orang Arab karena faktor lingkungan dengan cuaca yang ekstrim dan birahi para pejantannya sangat tinggi. And let's say saya sependapat dengan Quraish Shihab masalah hijab dan pengertian aurat. Kalo ini keluar di sosial media lainnya, saya akan mendapatkan ribuan komen hujatan. hahaha (udah pernah soalnya). Apalagi kalo kata - kata ini keluar "yang penting yang berjilbab hatinya", beeuhh milyaran komentar hujatan akan datang.
Ada apa sih dengan kita? Apa sih sebenernya permasalahannya? Dulu itu masalah halal dan haram itu masih ada kata "jika kamu meyakini itu haram, maka haram. jika kamu meyakini itu halal, maka halal" untuk sesuatu yang masih ngambang statusnya, contohnya makan kepiting, makan cacing, mengaji di saat haid, dll. Itu saya dengar dari guru agama saya waktu SD, SMP, dan SMA yang notabene saya hormati dan saya yakin mereka belajar agama dengan benar. Saya juga agak miris gitu sama orang - orang yang tiba - tiba menghujat Quraish Shihab liberal. haha Istilahnya sih dulu beliau fine - fine aja gitu dan merupakan orang yang dihormati, kenapa sekarang malah "dipermasalahkan pengetahuan agamanya" hanya karena berbeda opini. Beliau dari jaman baheula udah beropini seperti itu loh. Beliau bukan ustad ecek ecek yang tiba - tiba keluar berdakwah tanpa ada basic pendidikan loh. Kenapa sih? Ada apa sih?
Tapi kalau saya bertanya demikian, jawabannya adalah "sesama muslim harus saling mengingatkan mana yang benar mana yang salah". Tapi menurut saya mereka bukan mengingatkan, tapi menyudutkan. Terus di saat saya bilang, yasudahlah biarkan opini saya seperti ini, toh puteri Arab pun tidak berhijab. Apa yang terjadi? Duaaarrrrr semua langsung berdalih "itu bisa - bisanya Amerika mengkelabui kita dengan akal bulusnya". Saya kadang - kadang suka kasihan ama Amerika. Apa aja dia yang salah haha Kenapa ga nyalahin si puteri Arab aja sekalian? Kenapa ga nyalahin orang tuanya? Kenapa ga nyalahin Raja Arab? Kenapa harus Amerika yang disalahin? Kalian kenapa sih? haha Terus tiba - tiba ada komentar "jangan mau diadu domba dengan bangsa barat". And I feel like, hmmm yang debat daritadi itu kita sesama orang Indonesia, kenapa bangsa Barat dibawa2? hahaha
Di sini sih saya ga mau, bener - bener ga mau menjabarkan alasan - alasan saya kenapa saya beropini tentang hijab ini. Kapok sih. Mau djelasin kayak apaan tau, mau sebanyak apapun saya menjelaskan ke-bias-an tafsir 3 ayat Al Qur'an wajib hijab itu pun saya tetep dicap liberal. Bahkan saya bilang "kalo menurut saya sih orang yang berhijab kalau perilakunya tidak baik ya percuma" itu udah dibilang liberal. Terus saya harus bilang itu adalah hal yang normal, kalo orang yang berhijab malah jadi koruptor? Karena itu kewajiban seorang muslimah (let's say)? Kalo menurut saya koruptor ya ga punya agama, ga punya Tuhan. Kalo ga setuju juga sih, udah ga ngerti lagi deh harus gimana. haha Oh satu lagi, saya paling sering mendengar kata - kata "yah susah, kalo udah ditutup hati dan pikirannya mau dibilangin apaan juga ga bakal tembus". Hmm padahal saya sangat amat berusaha mencari literatur sana - sini, baca benar - benar Al Quran dan artinya sampai habis dan memulai mempelajari Mahzab serta Tafsir. Saya juga mau ga mau mempelajari budaya Arab dan melihat perkembangan Arab Saudi sekarang makanya sampe tau putri Arab ga berhijab. And I feel like, have you did what I've done? Kembali lagi, kalo ada orang beropini berbeda dari mainstreamnya apalagi berbalut agama di Indonesia khususnya, jangan harap bakal ada yang menghargai lah. Mau selogis apapun, you'll be end in liberal. Bahkan saya jadi bias juga sama definisi liberal.
Anyway, setelah permasalahan berbalut agama ini mulailah berkembang trend yang sangat amat terbalik. Trend remaja masa kini. Jangan salah. Trend remaja masa kini itu ada kelompok - kelompoknya sekarang. Ada kelompok dugem, kelompok nikah muda, dan kelompok pecundang. Kelompok dugem itu ya yang suka dugem. Saya suka heran aja gitu, bukannya ada requirements ya kalo masuk club itu harus 21 ke atas? Ini kenapa anak - anak SMA pada berkeliaran bebas di club? And I know some of you will say "ih kok tau? sering ke club ya? orang kayak gini kok berani ngomong masalah hijab" lah nyambung lagi. hahaha Sekarang itu ada teknologi namanya sosial media dan ga cuman saya aja yang resah sama kelompok ini. Masalahnya mereka dengan bangganya nge-upload kegiatan mereka yang berbau kehidupan malam di sosmednya. Or let's say snapchat. Mereka dengan mudahnya menunjukkan kalo mereka mabok, ngeganja (ini serius), ngeclub ampe pagi, terus joget - joget ga senonoh, dan lain sebagainya. Saya aja bisa akses, apa yang berwenang sebegitu banyak kasusnya sampe ga bisa akses ke kehidupan kelompok dugem ini? Saya sih ga masalah ya sama yang udah cukup umurnya, lah ini? 15 tahun, 16 tahun. Saya umur segitu lagi belajar ngedekem di rumah buat persiapan olimpiade kimia. Terus mulai menyalahkan kehidupan budaya barat. Saya ga bisa menyalahkan mereka yang menyalahkan budaya barat, memang party dan minum itu budaya barat. Tapi mereka ada policynya. Batas umur masuk club, batas umur beli minum, sanksi - sanksi yang bakal didapet, dsb. Bahkan remaja - remaja barat kalo masih underage, party nya di rumah. Lah ini? Udah tau kalo orang Indonesia ngasih opini yang berbalutkan dengan budaya barat dan apalagi agama nyinyirnyaaa kayak apaan tau, nasehatinnya bisa semua post di instagram di komenin semua haha
Jujur sih pada awalnya saya kayak bodo amat dengan para remaja ini, tapi saya cuma miris sama pihak berwenangnya aja. Mereka udah dengan gamblang ngasih clue kalo mereka underage dan minum - minuman keras loh. Kapan ditindaknya? Sama aja kayak nih saya ngevideoin saya nyolong di rumah tetangga, ditonton ama jutaan orang, semua orang tau saya maling, tapi ga ditindak. Gregetan jadinya. Ya kalian pasti tau lah kenapa ocehan ini datang. Sebut saja sosialita yang lagi fenomenal yang baru 18 tahun dan punya pacar 16 tahun dan pada saat pacarnya ini ulang taun malah diputusin. And it goes viral. Pas jadian, viral juga. Putus, viral juga.
Kemudian saya berpikir, mereka cuma ngeshare di sosmed mereka doang. Kenapa bisa viral? Kelompok pecundang in the next line. Sebenernya ga tau sih ini remaja apa bukan, tapi dari tingkahnya yang pecundang, let's say mereka remaja yang masih labil. Mereka berantem antar sesama di post orang lain (yang biasanya kelompok dugem), yang tadinya cuman ngehina kelompok dugem bisa menjalar ke bahasa kotor, semua alat kelamin dan kebun binatang disebut, padahal awal - awalnya nasehatin supaya menutup auratnya sebagai muslimah. Iki karepe opoooo? hahaha konsisten lah. Kalo memang kamu menasehatinya secara agamis, ya bersikaplah agamis juga. Jangan malah berantem di sosmed orang abis itu jadi bar - bar. Lah ini agamisnya yang awal lupa? Apa cuman bisa nasehatin orang secara agamis sendirinya ga agamis? hahaha
Terakhir adalah kelompok nikah muda. Sungguh saya ga ada masalah sedikit pun bagi kalian - kalian yang memutuskan untuk nikah muda. Sungguhan. Saya orangnya bodo amat. Tapi saya sangat peduli sama bayi yang akan kalian lahirkan. Please, urus mereka dengan baik dan jangan didik mereka dengan "seadanya", jangan beri makan mereka dengan "seadanya", jangan beri kebahagiaan mereka dengan "seadanya", padahal kamu 3 atau 4 tahun lagi kalau baru memiliki mereka kalian biasa memperlakukan mereka dengan "yang terbaik". Saya paling ga suka sama orang yang mengusung nikah muda karena itu adalah himbauan Rasul atau apalah itu. Inget, Rasulullah itu lebih banyak menikahi janda tua renta agar bisa menafkahi mereka tanpa adanya fitnah dari warga - warga sekitar. Kenapa yang diambil yang muda aja? Kenapa ga menikahi janda tua renta? Sama aja kayak gini, orang tua kalian mengajarkan untuk membeli sepatu baru tiap awal tahun ajaran baru, tapi orang tua kalian lebih sering mengingatkan kalian untuk menyisihkan uang kalian untuk diamalkan ke panti asuhan misalnya. Terus kalian mengusung harus beli sepatu baru tiap awal tahun ajaran baru karena disuruh orang tua, tapi lupa dengan menyisihkan uang buat dikasih ke panti asuhan. Seakan - akan orang tua kalian cuma nyuruh beli sepatu baru doang. Janganlah bawa - bawa Nabi Muhammad saw dan mengambing hitamkan beliau (naudzubilahimindzalik). Bilang aja emang pengen nikah muda, emang udah siap nikah muda. Udah. Ga usah lah semua dibawa berbalutkan agama. Orang - orang yang mempunyai pikiran kritis dan nyeleneh kaya saya akan sulit untuk beropini tanpa dicap liberal.
I am very curious to know si "liberal" ini definisinya udah meluas kaya apa.
Balik lagi ke judul yang saya kasih, Make "the right people" famous. Janganlah hal - hal yang sering diperdebatkan ini menjadi trending topic di segala segi aspek kehidupan. It's not worth it ! Asli deh. Banyak banget loh orang - orang yang lebih perlu famous karena kepintaran mereka, talenta mereka, dan hal lainnya. Ya mereka juga famous sih, tapi seminggu doang paling lama. Kalo yang saya jabarin tadi itu beuuh satu dekade lagi juga masih famous gara - gara sosmed nya trafficnya tinggi banget haha.
Sebagai referensi, kemarin saya baru aja nemu channel ini di youtube.
Mereka ngumpulin video - video tutorial animasi dan banyak banget animasi film pendek yang pesannya sangat amat bagus kalo ditonton remaja - remaja jaman sekarang. Salah satunya yang menggambarkan orang - orang kaya saya itu ada di video ini
Masih banyak right people yang bertalenta dan lebih pantas untuk famous dibandingkan orang - orang yang menjadikan debat kusir tentang agama, kekerasan, kebodohan, dan "sok kebarat-baratan" sebagai tameng supaya mereka famous. Secara ga langsung saya juga membuat traffic mereka meningkat sih, well at least saya memberikan pencerahan baru dengan channel yang saya kunjungi ini.
Mudah - mudahan Indonesia kembali menjadi negara yang berdasarkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Mudah - mudahan mata pelajaran PPKn masih mengajarkan kebebasan berpendapat, toleransi satu sama lain, tidak memaksakan kehendak, dan menghargai pendapat orang lain. Mudah - mudahan pelajaran Agama Islam masih mengajarkan ayat - ayat lain yang masih sangat banyak dan sangat berguna bagi kehidupan dan menekankan ada ayat yang berkata "jangan memaksakan orang lain untuk memeluk suatu agama".
Comments